✍️ Punya kisah, sejarah, atau budaya dari daerahmu? Yuk, kirim tulisanmu ke Pena-Sehat!
KIRIM SEKARANG

Kisah cinta Putri Oeweranden dan Raja Damopolii 🔥

Kisah Cinta Raja Bolaang Mongondow dan Putri Minahasa di negeri Pontak

"Land And Love"

Kisah ini adalah cerita rakyat sub suku Tompakewa minahasa yang di abadikan dalam buku "Land En Volkenkunde Van Nedherlandsch Indie " karya J.Bodde, Sonder 07 september 1883.

Kisah cinta Putri Oeweranden dan Raja Damopolii.

Alkisah di masa lalu di wilayah sungai Ranoyapo terdapat sebuah negeri yang bernama Pinontakan negeri ini berada di antara dua cabang sungai Ranoyapo, salah seorang tonaas yang tinggal di negeri tersebut suatu saat pergi berburu di hutan dengan membawa beberapa teman, sesampainya di tengah hutan belantara mulailah mereka membangun gubuk (sabuwa) dan mulailah mereka mengumpulkan hasil buruannya berupa anoa sapi hutan,rusa,dll, daging terbaik di berikan kepada Tonaas, dan tonass menyimpan daging pilihan di dalam bulu (bambu). Di dalam sabua (gubuk) namun mulai muncul keheranan dari Tonaas karena setiap pulang dan mengecek daging selalu berkurang, Tonaas curiga karena ada pencuri, suatu waktu Tonaas berjaga dan mengamati siapa yang melakukan pencurian, dan benar bahwa saat Tonass bersembunyi muncul seorang gadis yang sangat cantik di hendak mengambil daging yang di simpan di dalam sabua (gubuk) Tonaas segera mengejar dan menangkapnya saat tonaas hendak memenggal kepalanya Putri cantik tersebut berkata "Jangan bunuh aku, jangan bunuh anakmu sendiri, Karena aku adalah anakmu". Tonaas membantahnya dan mengatakan kamu berbohong kamu bukan anakku..! Putri tersebut mengatakan tidak..! Aku adalah anakmu, bukankah kamu selalu mengunjungi semak rotan itu..? Sambil menunjuk ke arah semak rotan, Tonaas mulai mengerti maksud dari putri tersebut karena para Tonaas rutin mengunjungi semak rotan tersebut untuk tujuan tertentu, oleh Etnis Tompakewa dikenal sebagai Rotan Taiti.

Putri tersebut mengatakan " Beranikah kamu mengingkarinya ?, Kamu adalah ayahku dan semak Rotan itu adalah ibuku..!

Maka sejak saat itu Tonaas mengadopsi anak tersebut dan memberinya nama Oeweranden yang artinya anak Rotan.

Tonaas kemudian membawa putri adopsinya tersebut kembali ke Pinontakan negeri diantara dua cabang sungai Ranoyapo.

Putri Oeweranden menjadi perbincangan di kalangan masyarakat karena kecantikan dan sikapnya yang mulia sangat di kagumi.

Dan saat itu seorang Pangeran Bolaang Mongondow Damopolii yang masih menetap di muara Ranoyapo negeri Rumoong bawah setiap sore atau malam mandi di muara sungai tersebut, namun suatu ketika saat pangeran sedang mandi, pangeran Damopolii saat hendak menuangkan air dengan kedua tangannya ke tubuhnya, tiba tiba menggenggam buah Pakoba, buah tersebut di lemparkan kembali ke sungai, namun saat kedua kali kembali menuangkan air ke tubuhnya hal yang sama juga terjadi sampai dengan ketiga kalinya buah pakoba tersebut terus tergenggam ke tanganya, Pangeran Damopolii mulai merasa aneh dan saat pangeran memeriksa buah Pakoba tersebut terdapat tanda gigitan yang indah dari tanda tersebut pangeran meyakini jika ini adalah tanda gigitan wanita yang pasti tinggal di pinggiran sungai Ranoyapo.

Pangeran Damopolii kemudian menyuruh pembantunya untuk mengecek dan menyelidiki jika ada wanita yang tinggal di sepanjang sungai Ranoyapo sampai di negeri Pinontakan. Namun hal tersebut sia sia, raja Damopolii kembali menyuruh enam orang untuk menyelidiki hal tersebut, namun setelah beberapa hari tetap juga tidak membuahkan hasil, enam orang suruhan ini karena takut pulang tanpa hasil, seseorang yang lebih tua diantara mereka membuat strategi, sambil berjalan di negeri Pinotakan mereka membawa ayam jantan namun bulunya sudah di cabut sambil berteriak " Saya menjual Ayam,siapa yang dapat memberiku uang, sambil mengangkat ayam yang sudah tanpa bulu tersebut, hal tersebut membuat para penduduk negeri Pinotakan keluar rumah dan mulai tertawa akan peristiwa tersebut suruhan yang lain terus mengamati gigi setiap warga, sesuai dengan perintah raja gigitan buah pakoba yang di temukannya di sungai Ranoyapo adalah tanda gigitan indah, salah seorang diantara suruhan raja Damopolii melihat sesorang membuka atap rumah dan terlihatlah seorang wanita yang sangat cantik dengan gigi dan senyumannya indah juga ikut tertawa.Informasi telah di dapatkan dan segeralah di beritahukan kepada Raja Damopolii, Damopolii sangat terkesima dengan kisah penyelidikan tersebut maka segeralah sang Raja Damopolii mengunjugi orang tua Tonaas dari Putri Oeweranden untuk melamarnya, emas dan harta disiapkan lamaran tersebut diterima oleh sang ayah Tonaas.

Pangeran Damopolii membawa putri Oeweranden ke Bolaang Mongondow untuk melakukan pesta pernikahan yang megah dan diangkatlah putri Oeweranden menjadi Ratu di kerajaan Bolaang Mongondow, setelah pernikahan Pangeran Damopolii dan Ratu Oeweranden kembali ke Rumoong bawah, di muara Ranoyapo, namun peristiwa aneh selalu terjadi ketika Raja Damopolii dan Putri Oeweranden berjalan Rotan dengan rendah hati selalu membungkuk kepada mereka sehingga perjalanan mereka akan lambat, Putri Oeweranden memberitahukan kepada suaminya Raja Damopolii bahwa mereka adalah pamanku, berikan sesuatu kepada mereka maka mereka akan kembali menegakan diri. Setelah menetap di rumoong bawah Pangeran Damopolii kemudian membawa putri Oeweranden ke Bolaang Mongondow untuk selama lamanya.

Kisah ini juga berkaitan dengan sejarah batas wilayah kerajaan bolaang Mongondow dan minahasa. Minahasa mengklaim bahwa negeri Pinontakan berada di seberang sungai Ranoyapo masih menjadi wilayahnya kemudian kembali terjadi migrasi minahasa ke negeri Pontak perpindahan penduduk ke negeri Pontak ini berasal dari kata Pinontakan.

Pontak kemudian menjadi kontrak batas wilayah antara kerajaan Bolaang mongondow dan minahasa (Poigar-Pontak-Buyat) yang di catatat dalam kontrak VOC di masa Raja Franciscus Manoppo di tahun 1743.dan terjadi lagi beberapa kali pemindahan tapal batas sampai di akhir tahun 1901 dimasa Raja Datu Cornelis Manoppo.

(Gambar : Ilustrasi)
(Sumber Facebook : Sumitro Tegela)
Lebih baru Lebih lama