NEW UPDATES
Memuat berita terbaru...

Biografi Husin Ut Algaus (Aba Ut): Pemimpin Visioner dari Bolaang Mongondow

Biografi Husin Ut Algaus (<a target="_blank" href="https://www.google.com/search?ved=1t:260882&q=Husin+Ut+Algaus+Aba+Ut&bbid=8829084881344655606&bpid=7749011049491258369" data-preview>Aba Ut</a>) — Sejarah, Silsilah & Kiprah di Bolaang Mongondow

Biografi Ilmiah: Husin Ut Algaus (Aba Ut)

Husin Ut bin Husin bin Syarif Hasan bin Syarif Alwi Algaus — kehidupan, kepemimpinan, dan warisan sosial di Desa Ayong, Bolaang Mongondow.

Husin Ut Algaus (Aba Ut)
Dokumentasi arsip keluarga Algaus — Husin Ut (Aba Ut). Sumber: Arsip keluarga & dokumentasi

Ringkasan Singkat

Husin Ut Algaus (1938–2022), yang akrab dipanggil Aba Ut, adalah figur lokal berpengaruh di Desa Ayong, Bolaang Mongondow. Ia dikenal sebagai pemimpin komunitas yang aktif mendorong pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan layanan kesehatan; sekaligus menjaga tradisi kultural dan nilai-nilai sosial setempat. Narasi biografi ini disusun berdasarkan dokumen keluarga, wawancara sejarah lisan, dan arsip lokal.

Latar Belakang & Silsilah Keluarga

Husin Ut lahir pada 8 Februari 1938 di desa Bolaang, besar Kotobangon–Togop-Mogolaing(Kotamobagu) dan tumbuh di lingkungan yang sarat interaksi antara komunitas lokal dan keluarga keturunan Arab—garis keturunan yang mengacu pada Syarif Alwi Algaus (Arab Donggala). Garis keturunan ini menunjukkan akulturasi panjang antara tradisi Arab-Donggala dan adat Mongondow; penggunaan marga Makalalag oleh beberapa generasi adalah salah satu strategi adaptif terhadap kondisi kolonial dan sosial setempat.

Ayahnya, Husin Hasan Makalalag Algaus, lahir di Kotobangon pada tanggal 5 oktober 1907 atau 26 Sya'ban 1325 H, beliau adalah anak dari Tuan Syarif Hasan bin Alwi Algaus masyarakat kotobangon pada masa itu mengenal dengan Nama Tuan Syarif. dan Husin H. Juga tercatat sebagai pegawai Pekerjaan Umum s;. ibu aba ut, berasal dari latar keturunan yang beragam bernama Neneng Khan, adalah anak dari Ali Khan Masyarakat pada zaman itu mengenal dengan Panggilan Tuan Tinggi, (termasuk pengaruh India/Pakistan melalui pernikahan keluarga). Perkawinan lintas wilayah—antara garis Algaus dan keluarga lokal—mewarnai pengalaman sosial dan jaringan kultural keluarga.

Masa Muda, Permesta, dan Keputusan Kembali

Pada akhir 1950-an Husin Ut terlibat dalam dinamika regional yang dikenal sebagai gerakan Permesta; pada 1958 beliau dipercaya memimpin satu kompi di wilayah Minahasa. Namun, pengalaman di lapangan dan pengalaman personal teringat kedua orang putrinya yang masih kecil yang lahir pada masa konflik permesta—termasuk peristiwa yang menyentuh nurani—mendorongnya memilih kembali dari Ponorogo, ke kampung halaman pada awal 1960-an dan mengakhiri karier militernya untuk fokus pada pengabdian sosial lokal.

Dok. Permesta Arsip Keluarga H. Ut Algaus

Keputusan ini merupakan titik balik: dari keterlibatan militer ke peran sipil yang memberi pengaruh langsung pada pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan warga Desa Ayong.

Kepemimpinan Desa & Karier Politik (1975–1999)

Dok. Arsip Keluarga. Pelantikan Aba Ut di Kantor Desa Ayong

Berdasarkan dokumentasi lisan dan arsip kantor desa ayong, sangtombolang. Husin Ut tercatat menjabat sebagai Sangadi (Kepala Desa) Ayong dua kali: periode 1975–1987 (12 tahun) dan periode 1992–1999 (7 tahun). Masa jabatan ini ditandai oleh inisiatif infrastruktur, penguatan layanan sosial, serta langkah-langkah untuk membuka keterisolasian wilayah.

Inisiatif Pembangunan: Jalan Trans-Sulawesi & Jembatan Ayong

Salah satu kontribusi teknis yang paling dikenal dari kepemimpinan Aba Ut adalah keterlibatannya dalam usulan penyesuaian trase Jalan Trans-Sulawesi yang berdampak pada efisiensi anggaran dan aksesibilitas empat desa sekitar Ayong. Berdasarkan dokumen proposal yang disampaikan ke tingkat provinsi, yang pada rencana awal jalan dam jembatan akan melewati desa Buntalo dan Bumbung, berpindah melewati Desa Ayong, perubahan trase yang diupayakan Aba Ut mengurangi panjang jalur dan memendekkan jembatan sehingga menghemat biaya, sekaligus membuka akses ekonomi bagi komunitas lokal. Peresmian proyek dilaksanakan dengan hadirnya pejabat pusat dan provinsi, termasuk Bapak Menpera Cosmas Batubara dan Gubernur Sulawesi Utara Bapak C.J. Rantung serta Bupati Bapak Y.A. Damopolii pada saat itu.

Bpk. Menpera Dr. Cosmas Batubara & Bpk. Husin Ut Algaus
Dok.Arsip Keluarga


Selain proyek jalan, Aba Ut mewakafkan lahan untuk pembangunan sekolah dan puskesmas di desa Ayong — langkah yang memperkuat basis pelayanan publik di Desa Ayong dan memberi dampak jangka panjang pada akses pendidikan dan layanan kesehatan.

Menpera Cosmas Batubara - Gubernur Sulut C.J. Rantung - Bupati Y.A. Damopolii - Kades Husin Ut Algaus

Dalam foto tersebut tampak perbincangan antara Aba Ut, Bapak Menpera, serta Gubernur dan Bupati. Aba Ut menyampaikan beberapa rencana proyek pembangunan desa ke depan, termasuk pembangunan bendungan irigasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas.".

Program Bantuan Rumah: Dari Transmigrasi ke Kebutuhan Lokal

Menurut keterangan lisan dan catatan lokal, pada periode pembangunan infrastruktur ada alokasi rumah bantuan yang awalnya berasal dari program transmigrasi pemerintah pusat. Karena realitas sosial di Desa Ayong—di mana sejumlah keluarga belum memiliki tempat tinggal layak—alokasi tersebut pada praktiknya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan warga lokal yang paling rentan. Lokasi rumah yang paling sering disebut masyarakat adalah kawasan yang kini dikenal dengan sebutan Lorong Pantai Desa Ayong.

Perlu dicatat bahwa dokumentasi administratif tentang mekanisme alih alokasi ini masih terbatas; demikian, narasi disajikan berdasarkan kombinasi arsip keluarga, kesaksian warga, dan dokumentasi lapangan yang ada. Pernyataan ini dimaksudkan untuk merekam ingatan kolektif masyarakat mengenai distribusi bantuan sosial tersebut, sambil membuka ruang bagi verifikasi arsip pemerintahan yang lebih lengkap.

Peran Sosial, Prinsip Hidup, dan Kearifan Lokal

Kepemimpinan Aba Ut melampaui jabatan formal; beliau dihormati sebagai figur moral dan spiritual yang mengedepankan prinsip musyawarah, integritas, dan nilai gotong-royong. Pesan-pesan beliau pada generasi muda menekankan ketaatan, kerja keras, dan tanggung jawab sosial. Warisan ini tampak pada keterlibatan keturunan dan komunitas dalam berbagai inisiatif sosial pasca-pembangunan.

Keluarga & Jejak Keturunan

Husin Ut menikah dengan Marie Pandelaki dari Suku Minahasa dan memiliki keluarga besar: delapan anak dan puluhan cucu serta cece, yang kini tersebar di berbagai wilayah. Silsilah keluarga—yang menghubungkan garis Algaus, Makalalag, Manoppo dan Van Gobel serta tokoh-tokoh bangsawan lokal—menjadi bagian dari dokumentasi penting dalam memetakan proses akulturasi sosial di Bolaang Mongondow. Tabel silsilah dan daftar wawancara yang mendasari tulisan ini.

Kematian dan Warisan

Husin Ut wafat pada 16 November 2022 dan dimakamkan di Desa Ayong. Upacara pemakaman dan ziarah terakhir menjadi momen penguatan memori kolektif: desa menghormati jasa-jasanya baik secara formal maupun kultural. Warisannya terlihat pada fasilitas publik yang terlahir atas kontribusinya serta pada narasi kultural yang terus dijaga oleh keturunan dan masyarakat.

Keterbatasan Sumber & Rekomendasi Penelitian Lanjutan

Penulisan biografi ini bersandar kuat pada sejarah lisan, arsip keluarga, dan dokumentasi lokal — sumber yang sangat bernilai namun memiliki keterbatasan verifikasi administratif formal. Oleh karena itu, penelitian lanjutan direkomendasikan: (1) penelitian arsip kolonial dan pemerintahan daerah;  (2) pengindeksan potongan koran (Kompas, arsip provinsi) yang terkait peresmian proyek; dan (3) pendalaman oral history melalui wawancara terstruktur dengan generasi lebih tua di Ayong.

Dok. Koran harian kompas- Kepala P.U dan Husin Ut Algaus

Penutup

Kisah Husin Ut Algaus menunjukkan bagaimana kepemimpinan lokal yang bersandar pada nilai dan keterlibatan kolektif dapat mentransformasikan ruang sosial-ekonomi di desa. Merekam biografi tokoh seperti Aba Ut bukan semata menghimpun nama, tetapi juga menyimpan strategi kehidupan bermasyarakat yang mampu menjadi sumber pembelajaran bagi generasi masa depan.

Referensi & Sumber Utama

  1. Arsip keluarga & hasil wawancara lapangan (sumber file utama untuk artikel ini).
  2. Lopez, A. C. (2018). Conversion and Colonialism – Islam and Christianity in North Sulawesi, c.1700–1900 (disertasi/tesis terkait konteks sejarah pendatang Arab di Sulawesi).
  3. Ikhsan, M. N. (2020). “Kedatangan dan Peran Orang Arab di Teluk Palu.” Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya, 14(2):50–66. (konteks historis migrasi Arab-Donggala).
  4. Arsip Keluarga Algaus: foto dokumentasi peresmian Jembatan Ayong, daftar wawancara, dan trase jalan (1980–1987).
  5. Potongan berita & arsip media lokal/Kompas terkait peresmian jembatan dan kunjungan pejabat (arsip terlampir dalam dokumen keluarga).
Lebih baru Lebih lama