Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450–505 H), seorang ulama besar dalam Ahlus Sunnah wal Jamaah, dikenal luas atas pemikiran tasawufnya yang bersandar kuat pada Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam berbagai karyanya seperti Ihya Ulumuddin, beliau banyak menjelaskan makna kehidupan, tujuan hidup manusia, serta bagaimana mencapai ketenangan hati.
Hidup Bukan Sekadar Dunia
Dalam pandangan Imam Al-Ghazali, kehidupan dunia adalah ladang untuk menanam amal bagi akhirat. Dunia bukan tujuan, melainkan jalan. Beliau menulis:
“Ketahuilah bahwa dunia ini ibarat ladang, dan akhirat adalah tempat menuai. Barangsiapa tidak menanam di dunia, dia tidak akan menuai di akhirat.”
— Ihya Ulumuddin
Hati adalah Pusat Kehidupan
Menurut Al-Ghazali, kebahagiaan sejati bukan berasal dari harta, pangkat, atau pujian manusia, melainkan dari hati yang bersih dan mengenal Allah. Hati yang lalai akan dunia adalah hati yang gelisah.
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan yang tenang tidak akan dicapai oleh orang yang hatinya tergantung pada dunia.”
— Al-Munqidz min adh-Dhalal
Tujuan Hidup: Mengenal Allah ﷻ
Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa puncak kehidupan adalah ma'rifatullah (mengenal Allah). Inilah yang membedakan kehidupan seorang hamba Allah dengan mereka yang hanya mengejar dunia.
Beliau menulis, “Jangan sampai engkau mati sebelum mengenal siapa Tuhanmu, karena hidup tanpa mengenal-Nya adalah kematian yang panjang.”
Pelajaran yang Dapat Diambil
- 🌿 Hidup harus diarahkan untuk bekal akhirat, bukan hanya kesenangan dunia.
- 🕊️ Ketenangan hati hanya datang dari dzikir, ibadah, dan ilmu yang bermanfaat.
- ✨ Tujuan hidup seorang Muslim adalah mengenal, mencintai, dan taat kepada Allah ﷻ.
Penutup
Kehidupan menurut Imam Al-Ghazali bukanlah tentang panjangnya umur atau tingginya jabatan, tapi tentang seberapa bersih hati kita dari dunia dan seberapa dekat diri kita dengan Allah. Semoga kita termasuk orang-orang yang mengambil pelajaran dari hikmah para ulama.
Sumber: Ihya Ulumuddin, Al-Munqidz min adh-Dhalal, Bidayat al-Hidayah