Terangi Dunia: Saat Cahayamu Terlalu Terang untuk Hati yang Gelap
Tidak semua kebencian datang dari kesalahanmu. Kadang-kadang, cahayamu terlalu terang untuk orang yang hatinya gelap. Saat engkau bersinar, tak sedikit yang menolak sinarmu—bukan karena kamu salah, tetapi karena mereka belum siap menerima terang itu.
Ketika Cahayamu Memicu Reaksi
Cahaya adalah anugerah, tapi tidak semua mata siap memandangnya. Ada hati yang menolak bukan karena kesalahanmu, tetapi karena luka dalam dirinya sendiri. Rumi menuliskan: “Hardship may dishearten at first, but all darkness is followed by sunshine.” (Jalaluddin Rumi – sumber: azquotes.com)
Orang-orang yang menyimpan rasa iri, sakit hati, atau belum sembuh secara batin, akan merasa terganggu oleh kehadiran yang bersinar. Tapi cahaya tak perlu redup hanya agar diterima.
Cahaya Tidak Butuh Izin untuk Bersinar
Jangan mengecilkan dirimu hanya untuk membuat orang lain nyaman. Dalam Kitab al-Hikam karya Ibnu ‘Athaillah, tertulis: “Tidak ada yang bisa menghalangi cahaya yang Allah pancarkan ke dalam hatimu.”
Kalimat ini memperkuat makna: ketika hatimu disinari niat baik, kesabaran, dan keteguhan, jangan takut dengan penolakan. Cahaya sejati tidak memerlukan validasi manusia.
Cahaya yang Menerangi, Bukan Membakar
Menurut Sari al-Saqati, salah satu sufi besar, seorang arif sejati adalah seperti matahari dan bumi: “Mereka memberi terang, menampung semua, dan menyinari arah mana pun tanpa pilih kasih.” (Sumber: Kitab-kitab tasawuf klasik, dikutip dalam [liputan6.com](https://www.liputan6.com/hot/read/5779401/120-kata-bijak-sufi-yang-mencerahkan-jiwa))
Artinya, bersinarlah dengan ikhlas. Terangmu seharusnya membawa manfaat, bukan persaingan. Dan jika ada yang terganggu, biarlah waktu menyadarkan mereka—bukan kamu yang harus mengecilkan cahaya itu.
Penutup
Kita tidak bisa mengatur hati semua orang. Tapi kita bisa memilih untuk tetap bersinar, dengan rendah hati dan niat baik. Teruslah berbuat baik, meski tak semua orang memahami cahayamu.
“Tidak semua kebencian datang dari kesalahanmu, kadang-kadang cahayamu terlalu terang untuk orang yang hatinya gelap.”
Catatan: Artikel ini ditulis sebagai refleksi motivasional berdasarkan kutipan para tokoh sufi seperti Jalaluddin Rumi, Ibnu ‘Athaillah, dan Sari al-Saqati. Sumber kutipan disesuaikan dengan referensi dari domain publik dan situs edukatif Islam. Konten ini tidak bermaksud menggantikan bimbingan keagamaan formal.