✍️ Punya kisah, sejarah, atau budaya dari daerahmu? Yuk, kirim tulisanmu ke Pena-Sehat!
KIRIM SEKARANG

Kuliner Bolaang Mongondow: Tradisi, dan Kehidupan Masyarakat Totabuan

Kuliner, Budaya & Ekonomi Sosial Bolaang Mongondow

Kuliner, Budaya, dan Ekonomi Sosial Bolaang Mongondow

Bolaang Mongondow adalah salah satu wilayah budaya yang kaya di Sulawesi Utara. Dengan julukan "Tanah Totabuan", daerah ini memiliki kekayaan sejarah, adat, dan warisan kuliner yang belum banyak dikenal secara luas. Artikel ini akan membawa Anda menjelajahi aspek kuliner, struktur sosial ekonomi, hingga budaya yang hidup dan lestari di tengah masyarakat Mongondow, berdasarkan sumber referensi terpercaya.

Ilustrasi budaya Bolaang Mongondow

Kuliner Tradisional yang Menyatu dengan Alam

Masyarakat Mongondow sejak dulu hidup selaras dengan alam. Hal ini tercermin dari cara mereka mengolah makanan. Salah satu contoh adalah Dinangoi, makanan dari sagu dan gula aren, yang praktis dan kaya energi. Dinangoi menjadi simbol ketahanan pangan lokal di masa lampau.

Menu lainnya adalah Binarundak (Sinandoy), yakni beras ketan dicampur santan lalu dimasukkan ke dalam bambu dan dibakar di atas bara. Hidangan ini identik dengan kebersamaan karena proses memasaknya melibatkan banyak orang dan biasa disajikan saat acara adat seperti syukuran panen atau pernikahan.

Sayur Gedi, sejenis sayuran lokal yang lembut dan bernutrisi tinggi, selalu hadir dalam menu harian. Ikan bakar, ikan asin (daing), hingga olahan daging rusa dan ayam kampung juga menjadi bagian dari menu masyarakat pedesaan Mongondow.

Ekonomi Sosial: Kuat dalam Kolektivitas

Sistem ekonomi masyarakat Mongondow sangat bergantung pada kolektivitas. Gotong royong atau dikenal sebagai Moposad menjadi fondasi dalam pertanian, membangun rumah, hingga acara adat. Moposad dilakukan tanpa imbalan uang, melainkan dengan sajian makanan dan rasa saling menghormati.

Sebelum kolonialisme, masyarakat Mongondow hidup dari berburu, meramu, dan bertani. Setelah abad ke-19, ekonomi lokal mulai berubah dengan diperkenalkannya komoditas ekspor seperti kopi, kelapa, dan cengkih. Pasar mingguan di desa-desa menjadi pusat pertukaran hasil bumi.

Selain itu, kegiatan menenun, membuat kerajinan bambu, serta beternak juga menjadi tulang punggung ekonomi rumah tangga. Masyarakat juga masih mempraktikkan sistem simpan pinjam secara adat yang disebut "sangadi" di tingkat kampung.

Budaya dan Nilai Luhur yang Bertahan

Masyarakat Bolaang Mongondow memiliki sistem sosial yang berakar pada nilai leluhur, salah satunya adalah ketaatan kepada hukum adat yang disebut adat mokodolian. Hukum ini mengatur mulai dari hubungan antar keluarga, pernikahan, warisan, hingga penyelesaian konflik.

Upacara seperti motobatu (musyawarah adat), modatu (proses menikah adat), dan mokosak (upacara kelahiran) menjadi bagian dari siklus hidup masyarakat. Semua kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan tokoh adat dan masyarakat luas.

Kesenian juga menjadi bagian dari hidup masyarakat, seperti tarian Kabasaran dan Yospan yang kadang ditampilkan dalam pertunjukan budaya atau penyambutan tamu. Musik bambu, gendang, dan gong digunakan dalam berbagai acara seremonial.

Jika Anda menyukai informasi seperti ini, silakan klik tombol 📬 Gratis di kiri bawah layar Anda untuk berlangganan GRATIS informasi budaya, sejarah, dan kuliner lokal yang inspiratif!

Referensi & Sumber Kredibel

  • "Tradisi dan Budaya Bolaang Mongondow" – kebudayaan.kemdikbud.go.id
  • BPNB Sulawesi Utara: Kajian Warisan Tak Benda Bolaang Mongondow
  • Jurnal Ilmu Budaya - Universitas Sam Ratulangi
  • Lensa.news – Potret Sosial Masyarakat Mongondow
  • Bogani-explorer.com – Kuliner dan Adat Istiadat Bolaang Mongondow
www.pena-sehat.com | Media Informasi Dari Desa Untuk Indonesia
📬 Gratis
Lebih baru Lebih lama