✍️ Punya kisah, sejarah, atau budaya dari daerahmu? Yuk, kirim tulisanmu ke Pena-Sehat!
KIRIM SEKARANG

Pelajaran Sabar dari Para Sufi: Ketenangan di Balik Letihnya Dunia

Lelah Dunia, Tenang di Hati: Pelajaran Sabar ala Tasawuf

Gambar: ilustrasi

Di tengah siang hari yang panas dan sibuk, tubuh mungkin mulai lelah, dan hati pun ikut berat. Dalam kelelahan itu, kita sering bertanya: mengapa hidup terasa berat? Jawabannya kadang bukan pada dunia, tapi pada bagaimana hati kita memaknainya.

Dalam tasawuf, kelelahan duniawi bukan hanya soal pekerjaan atau rezeki, tapi tanda bahwa hati sedang butuh arah— butuh sabar, butuh kembali pada Allah. Dan di sinilah pelajaran sabar ala para sufi begitu menyentuh.

Apa Itu Sabar Menurut Tasawuf?

Sabar (ṣabr) dalam pandangan sufi bukan sekadar menahan diri dari amarah atau keluhan. Bagi mereka, sabar adalah:

“Menyerahkan hati sepenuhnya pada kehendak Allah, tanpa mendikte apa pun.”

Imam Al-Ghazali membagi sabar menjadi tiga:

  • Sabar dalam ketaatan – terus shalat, dzikir, walau hati malas.
  • Sabar dari maksiat – menahan diri meski syahwat mendesak.
  • Sabar atas ujian – menerima musibah tanpa menyalahkan takdir.

Dan sabar yang tertinggi adalah sabar karena cinta, seperti Rabi’ah al-Adawiyah, yang bahkan berkata:

“Aku tidak menyembah Allah karena takut neraka atau mengharap surga, tapi karena aku mencintai-Nya.”

Lelah Itu Manusiawi, Tapi Gelisah Itu Pilihan

Kelelahan adalah bagian dari hidup, tapi tasawuf mengajarkan bagaimana kelelahan tidak mengikis iman. Justru di titik lemah itulah, kita paling dekat pada keikhlasan.

Ibrahim bin Adham berkata:
“Kebahagiaan bukan ketika dunia tenang, tapi ketika hati berserah.”

Jadi, ketika dunia menuntut banyak, tasawuf mengajarkan:

  • Tarik napas, lalu diam.
  • Biarkan dunia terus berlari, tapi hati kita tetap dekat dengan Allah.

Cara Sabar ala Sufi yang Bisa Dilakukan Saat Ini:

  1. Bacalah istighfar pelan-pelan – karena memohon ampun membuka ruang untuk ikhlas.
  2. Diam sejenak sambil menunduk – tafakur 1 menit bisa mengalahkan kegelisahan 1 jam.
  3. Bayangkan bahwa ujian ini sedang menyucikanmu – bukan menyiksamu.
  4. Tanyakan ke hati: “Apakah aku sedang mengandalkan Allah, atau dunia?”

Penutup: Sabar Itu Tidak Diam, Tapi Bergerak Dalam Tenang

Dalam dunia yang penuh tuntutan, sabar bukan berhenti, tapi melanjutkan langkah dengan hati yang tenang. Sabar bukan sekadar tahan tangis, tapi menyandarkan segalanya pada Yang Maha Lembut.

“Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)

Dan hanya hati yang tenang yang bisa melihat makna di balik letihnya dunia.


Referensi:

  • Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin
  • Al-Qushayri, Risalah Qushayriyyah
  • Rabi’ah al-Adawiyah – Atsar Sufi
  • Ibrahim bin Adham – Nasihat Sufi
Lebih baru Lebih lama