Meneladani Kisah Bilal bin Rabbah — Muadzin Pertama dalam Sejarah Islam
oleh: Arun Algaus
Kisah hidup Bilal bin Rabbah selalu berdiri sebagai salah satu narasi paling menyentuh dalam sejarah Islam. Dari seorang budak yang diperlakukan dengan kejam hingga menjadi muadzin pertama yang dipercaya Rasulullah ﷺ, perjalanan Bilal bukan sekadar catatan historis—tetapi cermin keimanan yang teguh, keberanian yang tak tertandingi, dan keteladanan moral yang melampaui batas zaman.
Artikel ini disusun berdasarkan jurnal ilmiah Wahana Karya Ilmiah Pendidikan (2022) karya Muhammad Falah Wikrama & Ferianto0. Seluruh narasi dipertahankan sesuai makna asli jurnal tanpa interpretasi yang dapat menyimpang secara hukum maupun akademik.
Pendahuluan
Bilal bin Rabbah dikenal sebagai muadzin pertama dalam sejarah Islam, seorang yang dianugerahi suara merdu dan hati yang teguh. Pada masa awal dakwah Nabi Muhammad ﷺ, Bilal menjadi simbol kekuatan iman yang tidak tergoyahkan meskipun tekanan, ancaman, dan siksaan menimpa dirinya secara brutal.
Kepribadiannya mencerminkan nilai-nilai universal: keberanian, kesabaran, keikhlasan, persaudaraan, dan komitmen untuk menegakkan kebenaran. Ketekunan Bilal dalam menjaga ibadah dan kehormatan diri menjadi contoh bagi umat manusia, terlepas dari ras, kedudukan, ataupun status sosial.
Biografi Awal Bilal bin Rabbah
Bilal lahir sekitar tahun 578 M, 43 tahun sebelum Hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya Hamamah, seorang perempuan berkulit hitam. Karena garis keturunannya tersebut, Bilal kerap dipanggil “Ibnus Sauda”—putra wanita berkulit hitam.
Sejak kecil, ia hidup sebagai budak keluarga Abduddar di Mekah. Setelah ayahnya wafat, Bilal diwariskan kepada tokoh Quraisy—Umayyah bin Khalaf—yang kemudian dikenal sebagai salah satu musuh besar dakwah Nabi. Gambaran fisik Bilal dalam catatan sejarah menunjukkan tubuh yang ramping, tegap, dan berkulit hitam dengan rambut ikal.
Awal Masuk Islam dan Siksaan yang Ia Tanggung
Masuk Islamnya Bilal tidak terjadi melalui perdebatan atau penjelasan panjang. Ketika bekerja di rumah Umayyah, ia kerap mendengar percakapan tuannya tentang Nabi Muhammad ﷺ. Ironisnya, meski disampaikan dengan nada kebencian, tuduhan, dan fitnah terhadap Nabi, Bilal juga mendengar mereka mengakui kejujuran, amanah, dan keagungan akhlak Nabi.
Percikan cahaya itu menembus hatinya. Dalam kesunyian, Bilal menyatakan keimanannya. Namun kabar itu segera sampai ke telinga Umayyah, yang menganggapnya sebagai penghinaan besar. Di sinilah rangkaian penyiksaan paling terkenal dalam sejarah Islam terjadi.
Bilal diikat, dijemur di padang pasir yang membara, tubuhnya ditindih batu besar, dan dicambuk dengan kejam. Di tengah derita itu, kalimat yang keluar dari bibirnya hanyalah:
“Ahad... Ahad...”
Keteguhannya menggugah banyak orang, hingga akhirnya Abu Bakar ash-Shiddiq membeli dan membebaskannya. Sejak itu Bilal menjadi sahabat yang senantiasa mendampingi Nabi.
Bilal Sebagai Muadzin Pertama
Dalam perjalanan sejarah Islam, adzan belum dikenal sebelum datangnya mimpi Abdullah bin Zaid yang kemudian dikonfirmasi oleh Nabi sebagai petunjuk yang benar. Nabi Muhammad ﷺ memilih Bilal sebagai muadzin, sebab suaranya indah dan mampu menggetarkan hati.
Sejak hari itu, suara Bilal menjadi penanda ibadah bagi kaum muslimin. Ia berdiri di luar rumah Nabi, menyerukan:
“Hayya ‘alash-shalah, hayya ‘alal-falah.”
Momen paling bersejarah terjadi ketika penaklukan Mekah. Bilal naik ke puncak Ka'bah dan mengumandangkan adzan pertama di kota suci itu. Pemandangan ini membuat banyak kaum Quraisy tercengang, sebagian bahkan marah karena seorang mantan budak kini memuliakan nama Allah dari tempat yang paling mereka banggakan.
Peran Bilal di Masa Rasulullah
Bilal tidak hanya menjadi muadzin. Ia ikut dalam berbagai pertempuran penting seperti Badar, Uhud, dan Khandaq. Ia juga diamanahkan sebagai bendahara Nabi di Baitul Mal, sebuah tugas yang menunjukkan kepercayaan luar biasa dari Rasulullah.
Salah satu keutamaan Bilal yang terkenal adalah kebiasaannya menjaga wudhu. Dalam sebuah riwayat, Nabi bersabda bahwa beliau mendengar "langkah kaki Bilal di surga" sebagai balasan untuk amalan kecil yang dilakukan dengan konsisten—shalat dua rakaat setelah berwudhu.
Kesedihan Bilal Setelah Wafatnya Rasulullah ﷺ
Ketika Nabi wafat, Bilal nyaris tidak mampu melanjutkan adzan. Suaranya pecah ketika sampai pada lafaz:
“Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.”
Kesedihan itu membuat ia meminta izin kepada Abu Bakar untuk tidak lagi menjadi muadzin. Setelah itu, Bilal meninggalkan Madinah dan berdakwah di Syam hingga wafat pada tahun 640 M.
Keteladanan dari Sosok Bilal bin Rabbah
Jurnal menyebutkan banyak keteladanan mulia dari Bilal, di antaranya:
- Keteguhan iman meski menghadapi siksaan berat.
- Keberanian membela keyakinan tanpa kompromi.
- Kesetiaan kepada Nabi dan ajaran Islam.
- Persaudaraan tanpa memandang ras, strata, atau status sosial.
- Kepedulian terhadap fakir miskin dan korban perang.
- Komitmen terhadap keadilan dan kesetaraan manusia.
- Kerendahan hati dan kesederhanaan dalam hidup.
- Kemampuan memaafkan dan menghapus dendam.
- Penghormatan terhadap ibadah dan kesucian syariat.
Kisah Bilal menjadi bukti bahwa iman mampu mengangkat seseorang dari keterbelakangan sosial menuju kemuliaan yang tak terbantahkan.
Simpulan
Bilal bin Rabbah adalah simbol keberanian, kesetiaan, dan keteguhan iman yang tidak pernah pudar sepanjang sejarah. Perjalanannya dari seorang budak hingga menjadi muadzin pertama menunjukkan bahwa Islam memuliakan manusia bukan berdasarkan garis keturunan, melainkan ketakwaannya.
Melalui kisah Bilal, umat Islam diajak untuk meneladani nilai-nilai luhur: keberanian dalam mempertahankan iman, kesabaran dalam menghadapi cobaan, serta komitmen terhadap persaudaraan dan keadilan. Kisah ini bukan sekadar sejarah, tetapi cahaya yang terus memandu kehidupan umat hingga hari ini.
Referensi
Seluruh isi artikel ini disusun berdasarkan jurnal:
- Muhammad Falah Wikrama & Ferianto. 2022. “Meneladani Kisah Seorang Muadzin Pertama, Bilal Bin Rabbah.” Jurnal Wahana Karya Ilmiah Pendidikan.1
Referensi tambahan seperti di dalam jurnal asli:
- Umroh.com — Meniru Kisah Keteladanan Bilal bin Rabbah.
- Laduni.id — Biografi Sahabat Bilal.
- Kompas.com — Bilal bin Rabah dan Adzan Pertama.
- Republika — Kisah Sahabat Nabi: Bilal.
Disclaimer Akademik
Artikel ini adalah ringkasan ilmiah yang disusun apa adanya berdasarkan isi jurnal asli tanpa modifikasi makna, interpretasi teologis, ataupun penambahan riwayat yang tidak disebutkan. Untuk penelitian lebih mendalam, analisis metodologis, serta rujukan akademik lengkap, pembaca disarankan mengakses jurnal ilmiah aslinya sebagai sumber primer.
Semoga ulasan ini memberi manfaat ilmu dan inspirasi. Jangan lupa kunjungi dan bagikan pena-sehat.com untuk mendukung penyebaran wawasan bermanfaat.
