NEW UPDATES
Memuat berita terbaru...

Legenda Putri Silagondo: Kisah Ajaib dari Bolaang-Mongondow

Legenda Putri Silagondo

Oleh: Arun Algaus
Editor: Tim Pena Sehat


legenda putri silagondo

Dalam legenda yang dipercaya masyarakat Bolaang-Mongondow, konon ada seorang putri cantik jelita bernama Silagondo. Ia menikah dengan seorang pria dari garis keturunan Doemoga bernama Jajoebangkai, dan menetap di Boentalo, sebuah perkampungan di puncak gunung yang kemudian dikenal dengan nama tersebut.

Konon menurut cerita turun-temurun, Silagondo memiliki anjing besar dan cerdas bernama Maindoka. Anjing ini sangat piawai berburu sapi hutan maupun babi hutan. Ketika putri itu menginginkan daging hewan-hewan tersebut, ia hanya berkata pada Maindoka, “Aku ingin sapi hutan,” atau “Aku ingin babi hutan,” dan anjing itu segera pergi ke hutan dan kembali membawa apa yang diinginkan sang putri. Kecerdasan dan kesetiaan Maindoka membuat banyak orang terkagum, bahkan para pedagang Spanyol yang datang ke Boentalo sering mencoba membujuk putri Silagondo agar menyerahkan anjing itu.

Dalam kisah yang hidup di tengah masyarakat, Silagondo akhirnya merasa jenuh dengan permintaan yang terus-menerus dari para Spanyol. Ia takut menolak, sehingga ia menyerahkan Maindoka, yang segera dibawa ke kapal. Namun, Maindoka yang setia melompat dari kapal dan berenang kembali ke sang putri. Tahun berikutnya, para Spanyol datang kembali untuk menuntut anjing itu, dan mengancam dengan perang jika Silagondo menolak.

Putri Silagondo pun berusaha mencari cara. Dalam legenda tersebut, ia menyiapkan jamuan besar dan mengundang para Spanyol. Namun, makanan yang tersaji ternyata beracun; beberapa tamu meninggal, sementara yang lainnya menderita sakit parah dan kembali ke kapal dengan sisa tamu yang selamat. Konon, peristiwa itu menyebabkan Boentalo diserang, dan bekas-bekas serangan tampak di puncak gunung sebagai batuan berlekuk yang diyakini sebagai jejak peristiwa tersebut. Silagondo dan Jajoebangkai kemudian hilang secara misterius, sedangkan beberapa keluarga yang selamat pindah ke wilayah Orang Lombagin.

Dalam legenda yang dipercaya masyarakat, setiap malam Silagondo sering pergi ke pulau kecil Na Nassi untuk menenun benang, dan kemudian mendayung ke pulau Pogogabola untuk membuat sarung. Kisah ini melambangkan kecerdikan dan kemandirian sang putri dalam menghadapi ancaman dari pihak luar.

Legenda ini juga menceritakan tentang perkampungan Oeki yang terletak di pesisir rendah berawa, di mana penduduknya menyambut tamu dengan hangat. Masyarakatnya hidup sederhana, dengan jumlah rumah tangga yang terbatas. Mereka menganut Islam, menggantungkan hidup pada pertanian kecil, pembuatan sagu, dan tenun sarung, serta selalu menjaga tradisi dan kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.

Referensi:
Cerita ini bersumber dari catatan bibliografi publikasi ilmiah:
Wieken, Schwarz. Mededelingen, Volume 11, 1868. Perpustakaan Universitas Basel, Nomor Katalog: Et 595, X 43.482.

Disclaimer Legenda:
Legenda ini merupakan bagian dari tradisi lisan masyarakat Bolaang-Mongondow dan diwariskan secara turun-temurun. Kisah yang disajikan bersifat simbolik dan kultural, bukan catatan sejarah atau fakta ilmiah.

Lebih baru Lebih lama