Ahlul Bait al-Kiram di Tiongkok
Oleh: Dr. Saif Muhammad Saif al-Islam
Ahlul Bait Rasulullah SAW memiliki sejarah panjang dan pengaruh besar di Tiongkok. Dari generasi ke generasi, mereka tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, tetapi juga mengajarkan tasawuf serta meninggalkan teladan dalam loyalitas, pengabdian, dan cinta tanah air. Kehadiran mereka membentuk fondasi spiritual yang kokoh di tengah masyarakat Tiongkok Muslim, yang tetap diingat hingga hari ini.
Salah satu figur paling menonjol adalah Syekh Abdul Rauf al-Yamani al-Hasani al-Husaini, seorang murshid tarekat Naqsyabandiyah Jahriah. Namanya dikenal luas hingga ke Asia Timur, Asia Tenggara, dan berbagai wilayah Islam lainnya. Beliau merupakan penerus warisan rohani dan akhlak mulia dari leluhurnya, terutama dari Syekh as-Sayyid Syamsuddin Umar al-Husaini.
Silsilah dan Keturunan
Syekh Abdul Rauf al-Yamani lahir sebagai putra dari Syekh Abdul Khalia, yang merupakan keturunan dari lini Syekh Syamsuddin Umar al-Husaini. Dalam silsilah spiritual dan nasabnya, Syekh Abdul Rauf al-Yamani merupakan keturunan ke-49 dari Rasulullah SAW, sebuah kehormatan yang menegaskan kedalaman nasabnya dari keluarga Nabi. Sementara itu, Syekh Wiqayatullah, salah satu leluhur beliau, dikenal sebagai pendiri tarekat Naqsyabandiyah Jahriah di Tiongkok, menegaskan bahwa garis rohani ini telah berakar kuat di negeri Tiongkok sejak berabad-abad lalu.
Syekh Syamsuddin Umar al-Husaini
Syekh Syamsuddin Umar al-Husaini merupakan keturunan ke-27 dari Rasulullah SAW. Gelar Sayyid yang disandangnya menegaskan kemuliaan nasabnya. Beliau lahir di Bukhara, Uzbekistan, dan menjalani kehidupan penuh perjuangan. Pada tahun 1224, beliau dipercaya menjadi pengawal Jenghis Khan, dan kemudian menduduki berbagai jabatan penting, mulai dari perwira tinggi, panglima militer, anggota Dewan Negara, hingga akhirnya menjadi gubernur Yunnan.
Enam tahun kepemimpinan beliau di Yunnan membawa perubahan signifikan bagi daerah yang sebelumnya terbelakang. Kedamaian, kesejahteraan, dan kelimpahan hasil bumi menjadi nyata di bawah pengelolaan beliau. Tahun 1279, beliau wafat di Kunming dan dimakamkan di sana. Rakyat berduyun-duyun menangisi kepergiannya, dan pemerintah membangun Kuilas-Sayyid sebagai penghormatan atas jasa dan baktinya.
Khubilai Khan berkata tentang beliau: "Syamsuddin Umar al-Husaini adalah menteri setia, berbagi beban rakyat, penuh kasih kepada manusia, dan tulus dalam pengabdian." Karena itu beliau digelari al-Wafa (Kesetiaan).
Jasa dan Pengabdian
Masa awal Dinasti Yuan di Yunnan penuh dengan tantangan: daerah terbelakang, transportasi terhambat, hukum kacau, pajak berat, serta konflik sosial dan etnis. Syekh Syamsuddin Umar menghadapi semua itu dengan kebijaksanaan, keberanian, dan keteguhan hati. Beliau menata sistem politik, menurunkan pajak, memperbaiki irigasi, memajukan pertanian, mengembangkan pendidikan, serta membantu fakir miskin. Beliau juga memperlakukan semua etnis dengan adil, menyelesaikan konflik melalui dialog, dan mengutamakan kebenaran tanpa membalas dendam pribadi.
Salah satu karya monumental beliau adalah penanggulangan banjir Danau Dianchi. Bersama ribuan pekerja, beliau membangun bendungan Songhua pada tahun 1275, mengatur aliran sungai, dan menciptakan sistem irigasi yang masih bermanfaat hingga saat ini. Berkat upaya ini, tanah menjadi subur, banjir teratasi, dan kesejahteraan rakyat meningkat secara drastis.
Warisan dan Teladan
Jasa Syekh Syamsuddin Umar amat besar: menurunkan pajak, memperbaiki ekonomi, membangun pertanian dan sistem irigasi, membuka pendidikan, serta menjaga kesejahteraan rakyat. Beliau dikenang sebagai tokoh yang berkorban demi rakyat dan tanah air. Makam beliau di Kunming hingga kini ramai diziarahi, baik oleh Muslim Tiongkok maupun peziarah dari berbagai negara. Mereka datang untuk meneladani loyalitas, nasionalisme, dan cinta tanah air yang beliau tunjukkan.
Warisan ini kemudian diteruskan oleh keturunannya, terutama Syekh Abdul Rauf al-Yamani, yang menekankan pentingnya akhlak mulia, dialog antaragama, serta saling menghormati antarbudaya. Menurut beliau, seluruh manusia adalah keturunan Nabi Adam dan harus diperlakukan dengan kebaikan, perkataan lembut, dan niat tulus. Dengan persaudaraan dan saling mengenal, tercapailah kebahagiaan manusia dan keselamatan bangsa.
Makna Kehidupan dan Akhlak Ahlul Bait
Kehadiran Ahlul Bait di Tiongkok bukan sekadar soal penyebaran agama, melainkan juga menanamkan nilai-nilai universal tentang moralitas, kepemimpinan yang adil, dan tanggung jawab sosial. Mereka menunjukkan bahwa pengabdian kepada masyarakat dan tanah air adalah bentuk ibadah. Nilai-nilai ini menjadi pedoman generasi berikutnya untuk membangun masyarakat yang harmonis, adil, dan sejahtera.
Teladan mereka juga menekankan pentingnya pendidikan dan pengembangan diri. Syekh Syamsuddin Umar membuktikan bahwa seorang pemimpin yang mengutamakan kesejahteraan rakyat dapat menciptakan stabilitas sosial dan kemakmuran ekonomi. Sementara keturunannya, seperti Syekh Abdul Rauf al-Yamani, menekankan pada spiritualitas dan hubungan harmonis antarumat beragama. Kombinasi ini menegaskan bahwa keagungan seseorang diukur bukan hanya dari kedudukan atau kekuasaan, tetapi dari dampak positif yang diberikan kepada masyarakat.
Pengaruh terhadap Islam di Asia Timur
Melalui Ahlul Bait, Islam berkembang secara damai di Tiongkok dan Asia Timur. Mereka membawa pesan toleransi, perdamaian, dan persaudaraan. Tarekat Naqsyabandiyah Jahriah yang diperkenalkan Syekh Wiqayatullah dan diteruskan oleh keturunannya memberikan kerangka spiritual yang kokoh bagi komunitas Muslim di wilayah ini. Hal ini membuktikan bahwa penyebaran Islam dapat dilakukan tanpa kekerasan, melainkan melalui teladan hidup, akhlak yang mulia, dan pendidikan.
Kesimpulan
Sejarah Ahlul Bait di Tiongkok adalah kisah pengabdian, kejujuran, dan kasih sayang yang diwariskan dari generasi ke generasi. Syekh Syamsuddin Umar al-Husaini dan keturunannya, seperti Syekh Abdul Rauf al-Yamani, menorehkan sejarah gemilang yang masih dikenang hingga hari ini. Mereka tidak hanya membawa agama, tetapi juga membangun masyarakat yang adil, sejahtera, dan harmonis.
Warisan mereka mengajarkan bahwa pengabdian kepada manusia, pendidikan, dan akhlak mulia adalah nilai-nilai universal yang dapat melintasi batas geografis dan budaya. Kehidupan dan karya mereka menjadi inspirasi bagi siapa pun yang ingin membawa perubahan positif bagi masyarakat dan bangsa.
Sumber disadur dari: www.alsoufialyoum.com