Bagian Kedua: Keteladanan dan Hikmah Sang Hamba Tanpa Sandal
Bishr al-Hāfi, sang hamba yang bertelanjang kaki, telah menorehkan kisah hidup yang membuat banyak hati tergetar. Jika di bagian pertama kita mengenal awal mula tobatnya, maka bagian ini akan membawa kita menelusuri jejak langkah beliau pasca hidayah itu turun. Dari seorang pemuda pecinta dunia menjadi ahli ibadah yang menolak popularitas dan kemegahan dunia. Kisah ini bukan sekadar potret kehidupan masa lalu, tapi lentera bagi hati-hati yang sedang mencari jalan kembali kepada Allah.
Kisah Bishr al-Hāfi: Warisan Sang Zuhud dan Jejak Spiritualitasnya (Bagian 2)

Kisah hidup Bishr al-Hāfi tidak berhenti pada momen tobat yang menggetarkan itu. Justru setelah meninggalkan kehidupannya yang penuh kelalaian, warisan spiritual yang ia tinggalkan menjadi bekal bagi generasi-generasi setelahnya dalam memahami makna zuhud, keikhlasan, dan pengabdian kepada Allah.
Majelis Hikmah: Nasihat dari Seorang Zuhud
Bishr tidak mendirikan sekolah formal atau menulis kitab, namun majelis-majelis kecil yang ia isi penuh dengan nasihat yang menggugah hati. Setiap kata yang keluar dari lisannya ibarat pancaran cermin dari hati yang telah dibersihkan oleh tobat dan mujahadah.
Ia berkata suatu kali kepada seorang pemuda:
“Jika engkau mencari kemuliaan dengan dunia, maka ia akan menjatuhkanmu. Namun jika engkau mencari Allah, maka dunia akan mendatangimu tanpa engkau minta.”
Perkataannya tidak hanya menyentuh, tetapi juga menunjukkan kedalaman pemahaman tentang tauhid dan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa).
Pengaruh terhadap Ulama dan Generasi Sufi
Meski Bishr tidak meninggalkan karya tulis, banyak ulama sufi dan fakih setelahnya mengutip perkataan dan sikap hidupnya sebagai teladan. Misalnya:
- Imam al-Qushayri dalam al-Risālah al-Qushayriyyah menyebut Bishr sebagai contoh zuhud sejati.
- Abu Nu‘aym al-Isfahani dalam Hilyat al-Awliya menyebutkan kisah-kisah tentang kezuhudan Bishr.
- Imam al-Ghazali dalam Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn mengutip sikap wara’ Bishr sebagai teladan dalam membangun akhlak seorang hamba yang ikhlas.
Ini menunjukkan bahwa meskipun ia tidak menulis, pengaruh ruhaniahnya mengalir dalam literatur klasik Islam dan menjadi inspirasi bagi para salik (penempuh jalan spiritual).
Kemuliaan Wara’ dan Keteguhan Hati
Salah satu kisah yang mengharukan adalah ketika Bishr menolak menerima sekantung dinar dari Khalifah. Ketika ditanya mengapa ia menolak bantuan dari penguasa yang sah dan muslim, ia menjawab:
“Jika dia memberikannya dari hartanya, maka aku tidak membutuhkannya. Jika ia memberikannya dari harta kaum muslimin, maka aku tidak berhak menerimanya.”
Sikap ini menunjukkan kedalaman wara’ (kehati-hatian dalam urusan halal-haram) yang jarang dimiliki oleh manusia biasa.
Kehidupan Pribadi yang Sederhana
Seorang sahabatnya pernah masuk ke rumah Bishr dan mendapati tidak ada perabot yang layak. Ia bertanya:
“Wahai Bishr, tidakkah engkau menyediakan kasur untuk tidur?”
Bishr menjawab:
“Jika aku nyaman di dunia, bagaimana aku bisa merindukan akhirat?”
Kehidupan sederhana ini bukan karena keterpaksaan, tetapi karena pilihan sadar untuk tidak melekatkan hati kepada dunia.
Hikmah yang Dapat Diambil dari Kisah Bishr al-Hāfi
- Tobat selalu terbuka: Tidak ada kata terlambat untuk kembali kepada Allah. Bahkan dari kehidupan yang paling gelap, cahaya bisa menyinari hati yang ikhlas.
- Keikhlasan adalah fondasi ibadah: Bishr tidak pernah mencari popularitas. Namun justru karena itulah namanya dikenang.
- Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya: Tapi membersihkan hati dari cinta dunia yang berlebihan. Ia tetap bekerja dan memberi, namun hatinya hanya terikat kepada Allah.
- Sikap wara’ dan hati-hati membawa keberkahan: Ia sangat selektif terhadap makanan, harta, dan ucapan, karena ia yakin semua akan dimintai pertanggungjawaban.
- Kesederhanaan bukan aib, tapi kemuliaan: Dalam kesahajaannya, ia meraih kemuliaan yang tidak bisa dibeli oleh dunia.
Ajakan: Sebarkan Cahaya Kisah Ini
Sahabat pembaca, bila kisah Bishr al-Hāfi ini menggugah hatimu, mari kita ambil pelajaran darinya. Dunia ini sementara, namun kisah para kekasih Allah akan terus hidup dalam hati orang-orang yang ingin kembali kepada-Nya.
Bagikanlah kisah ini kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekanmu. Jadikan media sosial sebagai sarana menyebar inspirasi dan bukan sekadar hiburan yang melalaikan. Mungkin dari satu klik yang kamu bagikan, ada satu hati yang tergerak untuk bertobat.
Jangan lupa berlangganan gratis di situs ini agar tidak ketinggalan kisah-kisah inspiratif lainnya dari tokoh-tokoh Islam klasik yang membawa cahaya dalam kegelapan zaman.
Referensi dan Sumber Kredibel
- Siyar A‘lām al-Nubalā’ – Imam adz-Dzahabi
- Hilyat al-Awliya – Abu Nu‘aym al-Isfahani
- al-Risālah al-Qushayriyyah – Imam al-Qushayri
- Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn – Imam al-Ghazali
- Tarikh Baghdad – al-Khatib al-Baghdadi
- Biografi dan kajian kepribadian Bishr al-Hāfi dalam jurnal al-Tasawuf al-Islami, Universitas al-Azhar
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas seperti Bishr al-Hāfi. Āmīn.
Artikel ini adalah bagian ke-2 (terakhir) dari kisah Bishr al-Hāfi.